Oleh : Salsabilla Ayu M.
~ AWAL ~
Ini kisah Anaya dan Lily putih yang selalu ada setiap hari setelah ia
pulang sekolah, entah dari siapa sebenarnya Lily ini. Anaya, gadis remaja
SMP yang cantik, mungil, dan yatim piatu. Setiap paginya, Anaya berangkat
ke sekolah dengan mengayuh sepedanya. Anaya dijauhi teman-temannya
karena kondisi ekonominya yang kurang baik sedangkan Anaya memang
disekolahkan oleh tantenya yang saat ini sudah tidak ada. Anaya juga
memiliki kakak laki-laki yang sedang merantau dan tidak tau keberadaannya.
Setiap pulang sekolah Anaya selalu menerima buket Lily putih yang
entah dari siapa pengirimnya. Ia selalu menerima Lily putih itu dari satpam
sekolah yang pak satpam sendiri tidak mengenali wajah si pengirim karena
tertutup masker. Jelasnya, ia tinggi semampai, selalu memakai hoodie putih
serta bermasker.
“Neng, ini Lily putih biasanya,” ucap Pak Satpam yang memberikan
Lilynya untuk Anaya.
“Terimakasih, Pak.” Salam Anaya lalu pamit pulang.
Sayangnya, ia memang sudah penasaran dengan pengirim Lily ini.
Anaya mulai mengalihkan fokusnya hingga tak sadar jika ada orang di depan
sepedanya dan ... BRAK! Anaya terjatuh karena tidak fokus. Hendak
berdiri, ia mendapati tangan seseorang yang membantunya untuk bangun.
Anaya menatap tangannya, lalu orangnya, dan beranjak berdiri. Anaya
terkesiap ketika melihat seseorang itu, mengapa ia merasa sangat dekat
dengannya, seperti ada ikatan batin.
“Kamu nggak papa?” sahutnya pada Anaya.
“Nggak papa, terimakasih bantuannya.” Ucap Anaya lalu tersenyum
dan pergi.
Setelah Anaya pergi, seorang itu membuka maskernya perlahan, dan
rupanya ... seseorang yang selama ini melindungi Anaya. Apa ada
hubungannya juga dengan bunga Lily putih?
***
~ TOKO VINYL~
Sepulang sekolah ini, lagi dan lagi Lily putih ini sudah berada di
dekapan Anaya. Rasanya ia ingin pergi menyegarkan pikirannya. Anaya
akan pergi ke toko vinyl yang tempatnya tak jauh dari sekolahnya. Tokonya
memang sudah terlihat bangunan tua, pun penjaga toko juga sudah lanjut
usia, tapi masih semangat berjualan.
“Assalamualaikum, Pak,” salam Anaya.
“Waalaikumsalam,” jawab si bapak.
“Wah, neng cantik dan bunga Lily, pasti dari pacarnya yaa?” Celetuk
si bapak melihat Anaya membawa sebuket Lily putih.
“Oh bukan, Pak. Entah, saya juga nggak kenal sama pengirim bunga
ini. Karena bunganya selalu ada pas saya pulang sekolah,” papar Anaya.
“Sini duduk saja,” tawar si bapak.
Anaya duduk di sebelah bapak penjaga toko sambil mengamati
sekeliling toko vinyl tua ini.
“Bapak dulu juga pernah menjadi pengirim rahasia bunga mawar
pada putri bapak, setiap hari. Dan, menurut bapak itu menjadi hal yang
menyenangkan karena bisa memberi pada orang istimewa tanpa diketahui
orangnya. Waktu itu karena bapak takut putri bapak malu.” Bapak mulai
cerita tentang pengalamannya.
“Singkat cerita, dulu bapak pernah merantau bekerja meninggalkan
putri bapak. Setelah bapak kembali, rupanya dia sudah diadopsi dan jadi
anak orang kaya. Karena itu, bapak merasa bersalah, malu, dan minder buat
ketemu sama anak bapak. Sejak itu, bapak rajin mengirim bunga mawar ke
anak bapak tanpa ia tau kalau itu dari saya.” Lanjutnya.
“Mungkin bunga Lily kamu itu juga dari seorang penting dalam
hidup kamu yang malu sama kamu?” tanya si bapak.
“Tapi, saya dari keluarga miskin, Pak. Kedua orang tua saya juga
sudah tidak ada,” ucap Anaya.
“Maaf ya, Nak. Saya nggak tau,” ujarnya sambil mengelus pundak
Anaya.
Anaya mulai merasa kalau dirinya sedang dilindungi oleh seseorang.
Tuhan memang adil. Anaya tidak punya orang tua, tapi ia punya Tuhan dan
seorang pelindung. Ia berdiri dan meraba musik-musik kuno dan juga vinyl
piringan hitam yang tersusun rapi disana. Manik matanya tertuju pada
pemutar piringan hitam di pojok ruangan. Anaya mencoba untuk menaruh
satu vinyl diatasnya dan memutar. Rupanya bisa sedikit menenangkan
hatinya. Alunan musik yang terdengar masih sangat jernih suaranya.
“Kalau kamu mau, ambillah dua vinyl yang kamu inginkan, gratis
untukmu, Nak.” Tawarnya memberi Anaya.
“Tapi, dagangan bapak saja sepi, nanti rugi Pak.” Tolak Anaya, tapi
si bapak memaksa untuk memberi Anaya.
“Baiklah, terimakasih banyak vinylnya, Pak,” ucap Anaya.
“Saya akan sering-sering mampir kesini, Pak.” Lanjutnya lalu
menyalami bapak dan melanjutkan perjalanan pulang.
***
~ TEMAN BARU ~
Hari ini kedatangan siswa baru di sekolah. Perempuan, cantik. Anaya
sudah menduga kalau ia anak orang kaya dan tidak mungkin ia bisa berteman
dengannya. Tetapi salah, orang pertama yang diajak berkenalan dengannya
adalah Anaya.
“Halo, kenalkan. Aku Netta, kalau kamu?” ajaknya berkenalan.
“Hai, aku Anaya. Salam kenal,” sahut Anaya.
“Emm, kamu mau jadi temenku nggak? Aku kan disini anak baru jadi
belum punya teman. Aku janji bakal jadi teman baikmu,” tawar Netta sambil
menyodorkan jari kelingkingnya untuk mengikat janji, dan Anaya pun mau.
Satu persatu keajaiban pada diri Anaya muncul dan tidak pernah
habis, syukurlah Tuhan masih bersama Anaya. Sejak dulu ia dikucilkan dan
tidak pernah ada yang mau menjadi temannya. Beruntung saja, hari ini ia
mendapat teman baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar