Senin, 01 November 2021

Anaya dan Bunga Lily Putih


Oleh : Salsabilla Ayu M.


~ AWAL ~


Ini kisah Anaya dan Lily putih yang selalu ada setiap hari setelah ia

pulang sekolah, entah dari siapa sebenarnya Lily ini. Anaya, gadis remaja

SMP yang cantik, mungil, dan yatim piatu. Setiap paginya, Anaya berangkat

ke sekolah dengan mengayuh sepedanya. Anaya dijauhi teman-temannya

karena kondisi ekonominya yang kurang baik sedangkan Anaya memang

disekolahkan oleh tantenya yang saat ini sudah tidak ada. Anaya juga

memiliki kakak laki-laki yang sedang merantau dan tidak tau keberadaannya.


Setiap pulang sekolah Anaya selalu menerima buket Lily putih yang

entah dari siapa pengirimnya. Ia selalu menerima Lily putih itu dari satpam

sekolah yang pak satpam sendiri tidak mengenali wajah si pengirim karena

tertutup masker. Jelasnya, ia tinggi semampai, selalu memakai hoodie putih

serta bermasker.


“Neng, ini Lily putih biasanya,” ucap Pak Satpam yang memberikan

Lilynya untuk Anaya.

“Terimakasih, Pak.” Salam Anaya lalu pamit pulang.


Sayangnya, ia memang sudah penasaran dengan pengirim Lily ini.

Anaya mulai mengalihkan fokusnya hingga tak sadar jika ada orang di depan

sepedanya dan ... BRAK! Anaya terjatuh karena tidak fokus. Hendak

berdiri, ia mendapati tangan seseorang yang membantunya untuk bangun.

Anaya menatap tangannya, lalu orangnya, dan beranjak berdiri. Anaya

terkesiap ketika melihat seseorang itu, mengapa ia merasa sangat dekat

dengannya, seperti ada ikatan batin.


“Kamu nggak papa?” sahutnya pada Anaya.


“Nggak papa, terimakasih bantuannya.” Ucap Anaya lalu tersenyum

dan pergi.


Setelah Anaya pergi, seorang itu membuka maskernya perlahan, dan

rupanya ... seseorang yang selama ini melindungi Anaya. Apa ada

hubungannya juga dengan bunga Lily putih?


***


~ TOKO VINYL~


Sepulang sekolah ini, lagi dan lagi Lily putih ini sudah berada di

dekapan Anaya. Rasanya ia ingin pergi menyegarkan pikirannya. Anaya

akan pergi ke toko vinyl yang tempatnya tak jauh dari sekolahnya. Tokonya

memang sudah terlihat bangunan tua, pun penjaga toko juga sudah lanjut

usia, tapi masih semangat berjualan.


“Assalamualaikum, Pak,” salam Anaya.

“Waalaikumsalam,” jawab si bapak.


“Wah, neng cantik dan bunga Lily, pasti dari pacarnya yaa?” Celetuk

si bapak melihat Anaya membawa sebuket Lily putih.

“Oh bukan, Pak. Entah, saya juga nggak kenal sama pengirim bunga

ini. Karena bunganya selalu ada pas saya pulang sekolah,” papar Anaya.

“Sini duduk saja,” tawar si bapak.


Anaya duduk di sebelah bapak penjaga toko sambil mengamati

sekeliling toko vinyl tua ini.


“Bapak dulu juga pernah menjadi pengirim rahasia bunga mawar

pada putri bapak, setiap hari. Dan, menurut bapak itu menjadi hal yang

menyenangkan karena bisa memberi pada orang istimewa tanpa diketahui

orangnya. Waktu itu karena bapak takut putri bapak malu.” Bapak mulai

cerita tentang pengalamannya.

“Singkat cerita, dulu bapak pernah merantau bekerja meninggalkan

putri bapak. Setelah bapak kembali, rupanya dia sudah diadopsi dan jadi

anak orang kaya. Karena itu, bapak merasa bersalah, malu, dan minder buat

ketemu sama anak bapak. Sejak itu, bapak rajin mengirim bunga mawar ke

anak bapak tanpa ia tau kalau itu dari saya.” Lanjutnya.

“Mungkin bunga Lily kamu itu juga dari seorang penting dalam

hidup kamu yang malu sama kamu?” tanya si bapak.

“Tapi, saya dari keluarga miskin, Pak. Kedua orang tua saya juga

sudah tidak ada,” ucap Anaya.

“Maaf ya, Nak. Saya nggak tau,” ujarnya sambil mengelus pundak

Anaya.


Anaya mulai merasa kalau dirinya sedang dilindungi oleh seseorang.

Tuhan memang adil. Anaya tidak punya orang tua, tapi ia punya Tuhan dan

seorang pelindung. Ia berdiri dan meraba musik-musik kuno dan juga vinyl

piringan hitam yang tersusun rapi disana. Manik matanya tertuju pada

pemutar piringan hitam di pojok ruangan. Anaya mencoba untuk menaruh


satu vinyl diatasnya dan memutar. Rupanya bisa sedikit menenangkan

hatinya. Alunan musik yang terdengar masih sangat jernih suaranya.


“Kalau kamu mau, ambillah dua vinyl yang kamu inginkan, gratis

untukmu, Nak.” Tawarnya memberi Anaya.

“Tapi, dagangan bapak saja sepi, nanti rugi Pak.” Tolak Anaya, tapi

si bapak memaksa untuk memberi Anaya.

“Baiklah, terimakasih banyak vinylnya, Pak,” ucap Anaya.

“Saya akan sering-sering mampir kesini, Pak.” Lanjutnya lalu

menyalami bapak dan melanjutkan perjalanan pulang.

***

~ TEMAN BARU ~


Hari ini kedatangan siswa baru di sekolah. Perempuan, cantik. Anaya

sudah menduga kalau ia anak orang kaya dan tidak mungkin ia bisa berteman

dengannya. Tetapi salah, orang pertama yang diajak berkenalan dengannya

adalah Anaya.

“Halo, kenalkan. Aku Netta, kalau kamu?” ajaknya berkenalan.

“Hai, aku Anaya. Salam kenal,” sahut Anaya.

“Emm, kamu mau jadi temenku nggak? Aku kan disini anak baru jadi

belum punya teman. Aku janji bakal jadi teman baikmu,” tawar Netta sambil

menyodorkan jari kelingkingnya untuk mengikat janji, dan Anaya pun mau.


Satu persatu keajaiban pada diri Anaya muncul dan tidak pernah

habis, syukurlah Tuhan masih bersama Anaya. Sejak dulu ia dikucilkan dan

tidak pernah ada yang mau menjadi temannya. Beruntung saja, hari ini ia

mendapat teman baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar