Selasa, 05 April 2022

CERPEN BY MARITZA 8E

                                                                            BLOOD


           Malam menyapa, suara musik klasik terdengar nyaring di tempat tidurku,mawar tertata rapi,buku yang berserakan,dan aku yang sedang melihat langit gelap itu. Pintu yang mulanya tertutup menjadi terbuka menandakan seseorang masuk.

"Seharusnya kamu mengetuk pintu dulu, iya kan?"

"Maafkan aku."

"Baiklah, aku akan memaafkanmu."

"Hera, apa kau sedang bosan?"

"Sedikit."

"Mau berburu."

"Eumm… ide yang bagus Lily."


         Berburu itu hal yang sangat bagus, karena kami kaum vampir membutuhkan darah yang segar untuk dimakan. Tentu kita tidak boleh terlihat oleh manusia. Kita kaum vampir bagaikan kilat yang cepat. Jadi berhati-hatilah. Kami selalu berkumpul di hutan larang, seperti namanya hutan ini sangat terlarang dimasuki, siapapun yang masuk ke hutan ini harus mati. Tapi saat perjalanan berburuku dengan Lily terdengar suara manusia yang datang. 

"Hera,kamu dengar suara itu? Sepertinya manusia ada di sekitar sini."

"Iya aku juga dengar. Hahaha.... Dia ingin bunuh diri ternyata. Kau tahu? Siapa cepat dia dapat! Ayo lakukan itu! Hahaha...."

"Kau meledekku Hera? Tentu ayo lakukan. Aku selalu siap."

Seperti yang aku bilang kita secepat kilat. Siapapun yang mendapat manusia itu, dia yang menjadi pemenang. Beberapa waktu berlalu, aku menemukan manusia itu sedang bersandar di pohon, target sudah didapat. Aku berlari secepat kilat dan memegang lehernya. Dia terlihat tidak berdaya, sungguh menyedihkan. Tentu akhir mereka tragis, karena kami kaum vampir membutuhkan mereka untuk makan agar bertahan hidup.


         Pagi yang sangat cerah tiba. Aku membenci sinar matahari, mereka membunuhku. Jika aku ingin pergi tentu aku membutuhkan barang yang melindungi ku dari sinar matahari,barang itu bernama payung. Saat pagi hari aku selalu pergi menemui temanku yang bernama Gezel. Dia juga sama sepertiku. Tapi anehnya dia membuka toko roti. Saat aku bertanya kenapa dia membuka toko roti, dia hanya menjawab bahwa dia menyukai bau roti. Sungguh vampir yang aneh. Toko roti miliknya sangat besar bahkan lebih besar daripada toko-toko di sebelahnya. Toko itu ada di sebelah danau dan toko itu berwarna emas yang mencolok. Jika kau melihatnya pasti matamu langsung sakit. Sesampainya di sana, aku langsung membuka pintu. Dan ya dia menaruh lonceng di atas pintu. Aku benci lonceng itu. Aku selalu kaget mendengar suara loncengnya yang sangat nyaring.

"Gezel!!!!! Sudah berapa kali aku bilang jangan pasang lonceng itu di atas pintu! Itu membuatku kaget!."

"Dan Hera sudah berapa kali aku bilang jika lonceng itu pemberian pelanggan yang setia padaku? Jadi tolong jangan peduli."

"Pelanggan setia? Roti kamu aja tidak enak. Bagaimana bisa ada pelanggan setia?"

"Ssstttt!!!."

"Disini kenapa sepi sekali? Dimana pelanggan setiamu?"

"Mungkin di perjalanan."

"Oh ya, nanti ada pertemuan di hutan larang. Jangan sampai telat. Madam Mai membutuhkan kita."

"Iya, aku tidak akan lupa."

"Kalau begitu aku pergi dulu."

"Baiklah, sampai jumpa." 

"Sampai jumpa."

Seperti biasa tokonya selalu sepi, dia hanya menunggu pelanggan setianya yang sudah meninggal itu. Dia lupa pelanggannya seorang manusia. Apa mungkin dia jatuh cinta? Menjijikkan, hahaha.


         Malam menyapa, waktunya berkumpul dengan seluruh vampir di hutan larang. Agak aneh, kenapa Madam Mai menyuruh kita berkumpul? Aku harap tidak terjadi apa-apa. Saat aku sampai di hutan larang banyak sekali vampir yang datang. Ada kalanya aku merasa takut melihat mereka. Aku hanya bisa menyapa mereka dengan kata halo, tapi mereka selalu menganggapku aneh. Madam Mai datang dengan jubahnya yang berwarna merah dan rambut hitam yang tergerai dengan sangat cantik, wajahnya yang sangat putih pucat dan cantik. Umurnya sudah 200 tahun tapi dia tetap awet muda. Itulah kami, meskipun umur yang sudah lebih dari umur normal, kami tetap muda seperti umur 20 tahun. Pertemuan dimulai.

"Terimakasih kalian sudah datang. Ada hal yang sangat penting yang harus aku bicarakan." Wajahnya saat itu terlihat sangat sedih.

"Apa kalian semua tahu tentang salah satu kaum kita yang terbunuh?"

"Apa?? Tunggu, siapa?" tanya seorang wanita yang bernama Ley.

"Ketua kaum Hez terbunuh. Aku sebenarnya belum tahu siapa yang membunuhnya. Apa manusia yang membunuhnya?"

Di hutan itu sangat ramai karena ada seseorang yang terbunuh dari kaum Hez. Anehnya kaum Hez ada di tengah hutan larang. Bagaimana bisa manusia masuk ke hutan itu? 


         Peraturan baru dibentuk, seluruh kaum vampir akan berjaga setiap hari. Kami berharap, manusia itu segera ditangkap. Kebetulan aku berjaga di kawasan Hez. Aku hanya berjalan memutari seluruh istana Hez sampai pagi tiba. Tentu aku tidak sendiri. Aku ditemani Lily dan Gezel, temanku. Kami terus berbicara agar tidak terasa bosan. Bercanda dan tertawa itu membuatku lebih baik. 

"Sebentar, kalian lihat itu?"

"Apa? Ada apa Lily?"

"Itu seperti peluru?" 

"Gezel, kau tahu bagaimana bentuk peluru?"

"Iya, aku kan bekerja di kota. Tentu aku tahu."

"Apa tuan Hez terbunuh karena peluru?"

"Itu bisa saja terjadi."


         Malam itu banyak burung berkicau tanpa henti. Angin berhembus sangat kencang, pohon tumbang, dan bebatuan yang terus berjatuhan. Suasana mencekam membuat kami semua takut.

"Tunggu ada apa ini?" tanya Lily dengan raut wajah terlihat takut.

"Aku tidak tahu kenapa anginnya semakin kencang?"

Seseorang datang dengan jubah berwarna hitam bersama dengan anak buahnya. Mereka juga membawa tongkat Tuan Hez. Siapa dia? Apa dia yang membunuh Tuan Hez? Pertanyaan itu datang begitu saja di kepalaku.

"Hera, Gezel apa kita akan mati? Aku belum siap."

"Lily tenanglah! Kita harus cepat pergi dari sini."

"Oke! Hera, Lily aku akan berusaha melindungimu."

"Gezel, kekuatanmu belum cukup."


        Seseorang berjubah hitam semakin mendekat sambil mengayunkan tongkatnya. Kami hanya bisa mundur dan mundur tanpa melakukan apapun. Kekuatan kami belum cukup untuk melawannya. Bahkan tongkat Tuan Hez ada di tangannya. Tongkat itu terlalu kuat. Mereka semakin mendekat dan mengarahkan tongkat itu sambil mengucapkan mantra kuno. Kami hanya bisa terdiam dan menunggu apakah kita akan mati atau tidak. Siapa mereka? Apa mau mereka? Kenapa mereka membunuh Tuan Hez? Aku akan segera mencari tahu itu semua dan menangkap mereka. Mereka tidak layak disini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar